Rabu, 18 Oktober 2017

ANTIHISTAMIN

Histamin

Histamin adalah suatu alkaloid yang disimpan di dalam sel mast, dan menimbulkan berbagai proses faalan dan patologik. Histamin pada manusia adalah mediator penting untuk reaksi-reaksi alergi yang segera dan reaksi inflamasi, mempunyai peranan penting pada sekresi asam lambung, dan berfungsi sebagai neurotransmitter dan modulator. Efek histamin adalah pada organ sasaran, direk atau indirek terhadap aktivasi berbagai sel inflamasi dan sel efektor yang berperan pada penyakit alergi. Histamin berinteraksi dengan reseptor spesifik pada berbagai jaringan target. Reseptor histamin ditemukan pada sel basofil, sel mast, neutrofil, eosinofil, limfosit, makrofag, sel epitel dan endotel. Reseptor histamin dibagi menjadi histamin 1 (H1), histamin 2 (H2) dan histamin 3 (H3).

Struktur Hestamin


Mekanisme kerja

      Histamin dapat menimbulkan efek bika berinteraksi dengan reseptor histaminergik, yaitu reseptor H1, H2, dan H3. Interaksi histamin dengan reseptor H1 menyebabkan interaksi oto polos usus dan bronki, meningkatkan permeabilitas vaskular dan meningkatkan sekresi usus, yang dihubungkan dengan peningkatan cGMP dalam sel. Interaksi dengan reseptor H1 juga menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeable terhadap cairan dan plasma protein yang menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria. Efek ini di blok oleh antagonis-1. Interaksi histamin dengan reseptor H2 dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan kecepatan kerja jantung. Produksi asam lambung di sebabkan penurunan cGMP dalam sel dan peningkatan cAMP. Peningkatan sekresi asam lambung dapat menyebabkan tukak lambung. Efek ini di blok oleh antagonis H2. Reseptor H3 adalah resptor histamin yabg baru di ketemukan pada tahun 1987 oleh arrange dan kawan-kawan, terletak pada ujung syaraf aringan otak dan jaringan perifer yang mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi lain dan peradangan. Efek ini di blok antagonis H3.

Antihistamin

      Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H1, H2 dan H3. Efek antihistamin bukan suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak dapat menetralkan atau mengubah efek antihistamin yang sudah terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah produksi histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor khas.
Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.
2. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan.
3. Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan mental.

Penggolongan obat antihistamin menurut struktur kimia :
1. Derivat etanolamin
a. Difendihidramin memunyai daya anti kolinergis dan sedatif yang kuat juga bersifat spasmolitis, antiemetis dan antivertigo(antipusing).
a.a. orfenadrin memiliki daya antikolenergis dan sedtif yang ringan.
a.b. dimenhidrinat digunakan untuk mabuk jalan dan muntah karena hamil.
a.c. klorfenoksamin sebagai obat tambahan pada terapi penyakit parkinson.
b. klemastin memiliki efek antihistamin yang amat kuat mulai bekerja nya cepat (beberapa menit dan bertahan lebih dari 10 jam).
2. Derivat etilendiamin
a. Antazolin efek antihistaminnya tidak terlalu kuat tetapi tidak merangsang selaput lendir sehingga cocok digunakan pada pengobatan gejala-gejala alergis pada mata dan hidung.
a.a tripelenamin
digunakan sebagai krem pada gatal-gatal pada alergi terhadap sinar matahari, sengatan serangga dan lain-lain.
a.b Mepirin
derivat metoksi dari tripilennamin yang digunakan dalam kombinasi dengan feneramin dan fenilpropanolamin terhadap hypiper.
a.c Klemizol
adalah derivat –klor yang hanya digunakan pada salep atau suppositoria antiwasir.
3. Derivat provilamin
a. Feniramin
Memiliki daya kerja antihistamin dan meredakan efek batuk yang cukup baik.
a.a Klorfeneramin
adalah derivat klor dengan daya kerja 10x lebih kuat dan dengan derajat toksisitas yang sama.
a.b Deksklorfeneramin
Adalah bentuk dekltronya 2x lebih kuat dari pada bentuk trasemisnya.
a.c Tripolidin
Adalah derivat dengan rantai sisi pirolidin yang daya kerjanya agak kuat. Mulai kerjanya pesat dan bertahan lama sampai 24jam (tablet retard).
4. Derivat piperazin
a. Siklizin
Mulai kerja cepat dan bertahan 4-6 jam. Digunakan sebagai obat antiemetik dan pencegah mabuk jalan.
a.a Homoklorsiklizin
Adalah derivat klor yang bersifat antiserotonin dan digunakan pada pruritus allerigika (gatal-gatal).
b. Sinarizin
Berkhasiat antipusing dan antiemetis dan sering kali digunakan sebagai obat vertigo, telinga berdesing dan pada mabuk jalan. Mulai kerjanya agak cepat, bertahan selama 6-8 jam dengan efek sedatif ringan.
b.a Flunarizin
sebagai antagonis –kalsium, sifat vasorelaksasinya kuat. Digunakn terhadap vertigo dan sebagai obat pencegah migrain.
c. Oksatomida
Memiliki daya kerja antihistamin, antiserotonin, antileokotrien. Memiliki efek menstabilisasi mast cells, stimulasi nafsu makan.
d. Hidroksizin
Sebagai sedatif dan anksiolitis, vasmolitis serta antikolinergis. Sangat efektif pada urtikaria dan gatal-gatal.
d.a Cetirizin
Menghambat migrasi dari granulosit euosinofil, yang berperan pada reaksi alergi lambat. Digunakan pada urticaria dan rinitis atau konjungtivis.
5. Derivat fenotiazin
a. Prometazin
Digunakan pada vertigo dan sebagai sedativum pada batuk dan sukar tidur, terutama untuk anak-anak.
a.a Oksomemazin
Digunakan untuk obat batuk. Daya kerja dan penggunaan sama seperti prometazin.
b. Isotifendil
Bekerja lebih singkat dari prometazin dengan efek sedatif yang lebih ringan.
6. Derivat trisiklis lainnya
a. Sifroheptadin
Lama kerjanya 4-6 jam, daya antikolinergisnya ringan. Untuk pasien yang nafsu makan kurang dan kurus.
b. Pizotifen
Berkhasiat antihistamin dan antiseroton. Sebagi stimulan nafsu makan, terapi interval migrain dan obat-obat migrain.
b.a Ketotifen
obat ini digunakan sebagi obat pencegah serangan asam.
b.b Kloratadin
Digunakan pada rhinitis dan konjungtivitis alergis juga pada urtikaria kronis.
c. Azelastin
Berdaya antihistamin, antileukotrien dan antiserotonin juga menstanilisir mast cells.
7. Obat generasi kedua
a. Terfenadin
a.a Fexsofenadin
Adalah suatu metabolit aktif dari terfenadin yang tidak perlu aktifasi.
b. Astemizol
Efek sampingnya kurang lebih sama dengan terfenadin.
c. Lefocabastin
Hanya digunakan topikal pada tetes mata dan spray hidung.
c.a Ebastin
sebagi prodrug dalam hati diubah menjadi zat aktif carebastin. Digunakan pada ringitis alergis kronis dengan efektifitas sama seperti astemizol.
8. Lain-lain
a. Mebhidrolin
Digunakan pada pruritus
b. Dimentinden
Digunakan terhadap pruritus.
c. Fortikorsteroid
Mengurangi reaksi alergi. Melewan peradangan dan mengurangi pembentukan mediator-mediator. Secara lokal digunakan pada asma dan hypiper, terhadap radang mata, terhadap gangguan kulit. Secara sistemik digunakan pada anafilaksis, kejang bronchi karena reaksi alergi dan status asthamticus.
d. Natrium kromoglikat
Zat ini bukan merupakn suatu antihistamin tetapi karena khasiat profilaksisnya terhadap hyfever.
d.a Nedokromil
Senyawa kuinolin dengan khsiat sama dengan kromoglikat. Digunakan untuk prevensi serangan asma, juga yang dipropokasi oleh pengeluaran tenaga.

Di dalam semua organ dan jaringan tubuh terdapat histamin, suatu persenyawaan amino, yang merupakan hasil biasa dari pertukaran zat. Histamin ini dibentuk di dalam usus oleh bakteri-bakteri atau didalam jaringan-jaringan oleh enzim histidin-dekarboksilase, bertolak dari histidin (suatu asam amino) dengan mengeluarkan karbondioksidanya (proses dekarboksilasi) menjadi histamin. Juga sinar matahari, khususnya sinar ultra violet, dapat mengakibatkan terbentuknya histamin. Hal ini merupakan sebab dari kepekaan seseorang terhadap cahaya matahari. Histamin memiliki aktifitas farmakologi yang hebat, antara lain dapat menyebabkan vasodilatasi yang kuat dari kapiler-kapiler, serentak dengan konstriksi (penciutan) dari vena-vena dan arteri-arteri, sehingga mengakibatkan penurunan tekanan darah perifer.
Sifat-sifat dan mekanisme kerja antihistaminika

Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghindarkan efek atas tubuh dari histamin yang berlebihan, sebagaimana terdapat pada gangguan-gangguan alergi. Bila dilihat dari rumus molekulnya, bahwa inti molekulnya adalah etilamin, yang juga terdapat dalam molekul histamin. Gugusan etilamin ini seringkali berbentuk suatu rangkaian lurus, tetapi dapat pula merupakan bagian dari suatu struktur siklik,misalnya antazolin.
Antihistaminika tidak mempunyai kegiatan-kegiatan yang tepat berlawanan dengan histamin seperti halnya dengan adrenalin dan turunan-turunannya, tetapi melakukan kegiatannya melalui persaingan substrat atau ”competitive inhibition”. Obat-obat inipun tidak menghalang-halangi pembentukan histamin pada reaksi antigen-antibody, melainkan masuknya histamin kedalam unsur-unsur penerima didalam sel (reseptor-reseptor) dirintangi dengan menduduki sendiri tempatnya itu. Dengan kata lain karena antihistaminik mengikat diri dengan reseptor-reseptor yang sebelumnya harus menerima histamin, maka zat ini dicegah untuk melaksanakan kegiatannya yang spesifik terhadap jaringan-jaringan. Dapat dianggap etilamin lah dari antihistaminika yang bersaing dengan histamin untuk sel-sel reseptor tersebut.

Efek samping

Karena antihistaminika juga memiliki khasiat menekan pada susunan saraf pusat, maka efek sampingannya yang terpenting adalah sifat menenangkan dan menidurkannya. Sifat sedatif ini adalah paling kuat pada difenhidramin dan promethazin, dan sangat ringan pada pirilamin dan klorfeniramin. Kadang-kadang terdapat stimulasi dari pusat, misalnya pada fenindamin. Guna melawan sifat-sifat ini yang seringkali tidak diinginkan pemberian antihistaminika dapat disertai suatu obat perangsang pusat, sebagai amfetamin. Kombinasi dengan obat-obat pereda dan narkotika sebaiknya dihindarkan. Efek sampingan lainnya adalah agak ringan dan merupakan efek daripada khasiat parasimpatolitiknya yang lemah, yaitu perasaan kering di mulut dan tengg orokan, gangguan-gangguan pada saluran lambung usus, misalnya mual, sembelit dan diarrea. Pemberian antihistaminika pada waktu makan dapat mengurangi efek sampingan ini.


Perintang-perintang reseptor H2

Antihistaminika yang dibicarakan diatas ternyata tidak dapat melawan seluruh efek histamin, misalnya penciutan otot-otot licin dari bronchia dan usus serta dilatasi pembuluh-pembuluh perifer dirintangi olehnya, dimana efeknya berlangsung melalui jenis reseptor tertentu yang terdapat dipermukaan sel-sel efektor dari organ-organ bersangkutan yang disebut reseptor-reseptor H1. Sedangkan efek terhadap stimulasi dari produksi asam lambung berlangsung melalui reseptor-reseptor lain, yaitu reseptor-reseptor H2 yang terdapat dalam mukosa lambung.
Penelitian-penelitian akan zat-zat yang dapat melawan efek histamin H2 tersebut telah menghasilkan penemuan suatu kelompok zat-zat baru yaitu antihistaminika reseptor-reseptor H2 atau disingkat H2- blockers seperti burimamida, metiamida dan simetidin. Zat-zat ini merupakan antagonis-antagonis persaingan dari histamin, yang memiliki afinitas besar terhadap reseptor-reseptor H2 tanpa sendirinya memiliki khasiat histamin. Dengan menduduki reseptor-reseptor tersebut, maka efek histamin dirintangi dan sekresi asam lambung dikurangi. Dari ketiga obat baru tersebut hanya
simetidin digunakan dalam praktek pada pengobatan borok-borok lambung dan usus. Obat-obat lambung burimamida kurang kuat khasiatnya dan resorpsinya dari usus buruk sedangkan metiamida diserap baik, tetapi toksis bagi darah (agranulocytosis).
Khasiat antihistaminiknya tidak begitu kuat seperti yang lain, tetapi kebaikannya terletak pada sifatnya yang tidak merangsang selaput lendir. Maka seringkali digunakan untuk mengobati gejala-gejala alergi pada mata dan hidung (selesma) Antistine-Pirivine, Ciba Geigy
Dosis : oral 2 – 4 kali sehari 50 – 100 mg
Generasi pertama dan kedua berbeda dalam dua hal yang signifikan. Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak.
Sedangkan generasi ketiga merupakan derivat dari generasi kedua, berupa metabolit (desloratadine dan fexofenadine) dan enansiomer (levocetirizine). Pencarian generasi ketiga ini dimaksudkan untuk memperoleh profil antihistamin yang lebih baik dengan efikasi tinggi serta efek samping lebih minimal. Faktanya, fexofenadine memang memiliki risiko aritmia jantung yang lebih rendah dibandingkan obat induknya, terfenadine. Demikian juga dengan levocetirizine atau desloratadine, tampak juga lebih baik dibandingkan dengan cetrizine atau loratadine.
  
1. turunan ETILENDIAMIN
N (X)                   : atom penghubung
Rantai 2 atom C  : penghubung gugus diaril inti dengan gugus amino tersier.
•      Etilendiamin mempunyai efek samping penekanan CNS dan gastro intestinal. 
•      Antihistamin tipe piperazin, imidazolin dan fenotiazin mengandung bagian etilendiamin.
•      Pada kebanyakan molekul obat adanya  nitrogen kelihatannya merupakan kondisi yang diperlukan untuk pembentukan garam yang stabil dengan asam mineral.
•      Gugus amino alifatik dalam etilen diamin cukup basis untuk pembentukan garam, akan tetapi atom N yang diikat pada cincin aromatik sangat kurang basis.
•      Elektron bebas pada nitrogen aril di delokalisasi oleh cincin aromatik.
2. turunan kolamin
- memiliki gugus -o- pada struktur umum- pemasukan gugus Cl, Br, dan OCH3 pada posisi para cincin aromatik akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping
3. TURUNAN  PROPILAMIN
Obat golongan ini memiliki daya antihistamin yang kuat. Antihistamin golongan ini antara lain feniramin, khlorpheniramin, brompheniramin, dan tripolidin.
4. turunan fenotiazin

Fenotiazin merupakan golongan obat antipsikotik. Fenotiazin dibagi ke dalam tiga kelompok: alifatik, piperazin, dan piperadin, yang perbedaan utamanya terutama pada efek sampingnya. Fenotiazin alifatik menghasilkan efek sedatif yang kuat, menurunkan tekanan darah, dan mungkin menimbulkan gejala-gejala ekstrapiramidal (EPS = Extrapyramidal Symptoms). Fenotiazin piperazin menghasilkan efek sedatif yang sedang, efek antiemetik yang kuat, dan beberapa menurunkan tekanan darah. Obat-obat ini juga menyebabkan timbulnya lebih banyak gejala-gejala ekstrapiramidal dari pada fenotiazin yang lain. Fenotiazin piperadin mempunyai efek sedatif yang kuat, menimbulkan sedikit gejala-gejala ekstrapiramidal, dapat menurunkan tekanan darah, dan tidak mempunyai efek antiemetik.
Proklorperazin merupakan obat yang termasuk ke dalam kelompok piperazin. Proklorperazin sendiri digunakan sebagai obat mual dan muntah serta obat psikotik. Mekanisme kerja dari proklorperazin sebagai antimual dan muntah adalah memblock reseptor dopamine di otak; efek antidopaminergik dan memblock saraf vagus pada saluran pencernaan. Sedangkan mekanisme kerja proklorperazin sebagai obat antipsikotik adalah memblock reseptor dopamin mesolimbik dan memblock reseptor alfa-adrenergik (D1 dan D2) di otak. Bioavailabilitas dari proklorperazin adalah 12,5%. Melalui blockade pada reseptor dopamin di otak memungkinkan sekresi neurotransmitter dopamin dapat ditekan sehingga akan mengurangi mual dan muntah serta efek psikotik.


Daftar Pustaka
Drs.Tan Hoan Tjay dan Drs.Kirana Rahardja ” Obat-obat Penting” PT.Gramedia Jakarta Tahun 2008.
F.K.U.I. “ Farmakologi dan Terapi edisi III” Jakarta Tahun 1987.
Siswandono dan Bambang Soekarjo “ Kimia Medisinal” Penerbit Airlangga Surabaya Tahun 2000.


PERTANYAAN:
1. obat apa saja yang bekerja pada reseptor h1, h2, h3, h4
2. berapa dosis yang dianjurkan untuk penggunaan proklorperazin ?
3. dapatkah anda membedakan histamin1, histamin2, dan histamin3


41 komentar:

  1. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3
    Dosis:
    DEWASA: 3 mg, 3 kali sehari. ANAK 6-12 tahun: 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari; 2-5 tahun: 1,5 mg, 2 kali sehari. Hindari pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg.

    BalasHapus
  2. obat yang bekerja pada reseptor H1 adalah dipenhidramin HCl, CTM,fenazolin, antistin biasanya obat untuk mengurangi alergi.
    obat yang bekerja pada reseptor antagonis H2 adalah ranitidin, simetidin, biasanya obat antiulser.
    obat yang bekerja pada reseptor antagonis H3 adalah Betahistin, Burimamide , Ciproxifan, Clobenpropit (juga H antagonis), Conessine.
    mohon maaf untuk obat yang bekerja pada reseptor H4 tidak ditemukan.

    BalasHapus
  3. Pertanyaan no.1
    Obat yang disebut sebagai antihistamin (senyawa etilamin) adalah obat yang mengantagonis histamin pada reseptor H1, sehingga disebut juga antagonis reseptor H1. Secara farmakologis, antihistamin dikatakan bekerja secara antagonis kompetitif yang reversibel pada reseptor H1 sehingga dapat menghambat kerja histamin pada reseptor tersebut, tetapi tidak memblok pelepasan histamin. Secara kimiawi, antihistamin terdiri atas beberapa kelompok persenyawaan kimia yang berbeda dan secara garis besar dibagi atas 2 grup, yaitu :

    Generasi I : etolamin (difenhidramin, klemastin, karbinoksamin, doksilamin, dan dimenhidrinat), etilendiamin (pirilamin, tripelenamin, antazolin, dan mepiramin), alkilamin (klorfeniramin dan bromfeniramin), piperazin (hidroksizin, siklizin, dan meklizin), dan fenotiazin (prometazin, mekuitazin, dan trimeprazin).
    Generasi II : alkilamin (akrivastin), piperazin (setirizin), piperidin (astemizol, levokabastin, loratadin, terfenadin, dan fleksofenadi) dan lainnya, yaitu siproheptadin.

    Antagonis H1 tidak menghambat asam lambung, pada awal tahun 70-an, antagonis H2 terbukti dapat mengontrol sekresi asam lambung secara fisiologis. Dua antagonis H2 pertama yang ditemukan adalah burinamid dan simetidin. Simetidin diketahui mempunyai cincin imidazol, dan dengan perkembangannya, cincin ini diganti dengan senyawa furan (ranitidin) atau dengan tiazol (famotidin, nizatidin). Obat-obat antagonis H2 bersifat lebih hidrofilik dibandingkan dengan antagonis H1 dan dapat mencapat SSP.
    Obat-obat ini, diduga bekerja dengan cara menghambat interaksi histamin dengan reseptor H2 secara kompetitif dan selektif sehingga tidak memberikan efek pada reseptor H1. Kerja utama obat ini adalah mengurangi sekresi asam lambung yang disebabkan oleh histamin, gastrin, obat-obat kolinomimetik (AINS), rangsangan vagal makanan (terutama asam), insulin, dan kopi. Juga perlu diketahui, obat-obat ini tidak hanya menghambat asam nokturnal tetapi juga basal. Selain itu, obat-obat ini juga mereduksi dengan baik volume cairan lambung dan konsentrasi ion histamin +. Simetidin, ranitidin, dan famotidin memiliki pengaruh yang kecil terhadap fungsi otot polos lambung dan tekanan sfingter esofagus. Nizatidin dapat menekan kontraksi asam lambung sehingga memperpendek waktu pengosongan lambung dan hal ini diduga karena efeknya menghambat asetilkolinesterase.

    DAFTAR PUSTAKA

    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    BalasHapus
  4. Saya cba mnjwb prtnyaan no 1, obat yg byk dijual dipasaran dan byk dgunakan oleh masyarakat yaitu gol AH1 CTM, AH2 ranitidin, dan AH3 betahistine. Itu sdrhananya agar mudh diingat...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju dengan yang di sampaikan kak elma, dimana ctm salah satu obat yng paling umum di gunakan untuk mengatasi alergi

      Hapus
  5. Saya cba mnjwb prtnyaan no 1, obat yg byk dijual dipasaran dan byk dgunakan oleh masyarakat yaitu gol AH1 CTM, AH2 ranitidin, dan AH3 betahistine. Itu sdrhananya agar mudh diingat...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya dan masih banyak lagi contoh obat lainnya yang dijual secara tidak bebas

      Hapus
  6. saya akan menjawab obat yang bekerja pada reseptor H1 adalah dipenhidramin HCl, CTM,fenazolin, antistin biasanya obat untuk mengurangi alergi.
    obat yang bekerja pada reseptor antagonis H2 adalah ranitidin, simetidin, biasanya obat antiulser.
    obat yang bekerja pada reseptor antagonis H3 adalah Betahistin, Burimamide , Ciproxifan, Clobenpropit (juga H antagonis), Conessine.
    sedangkan obat yang bekerja pada reseptor H4 tidak ditemukan.

    BalasHapus
  7. untuk jawaban nomor 3. menurut literatur yang saya baca perbedaannya adalah
    AH 1: Obat anti histamin H1 biasanya berkompetisi (bersifat kompetitif) dengan histamin untuk mengikat reseptor, untuk meringankan reaksi alergi seperti rhinitis dan urtikaria.
    AH 2: mengikat reseptor H2 pada membran sel parietal dan mencegah histamin menstimulasi sekresi asam lambung.
    AH 3: Terdapat di sistem syaraf, mengatur produksi dan pelepasan histamin pada susunan saraf pusat.Tidak seperti antagonis H1 yang menimbulkan efek sedatif, antagonis H3 menyebabkan efek stimulant dan nootropic dan sedang diteliti sebagai obat Alzheimer
    dan tambahan untuk AH4
    AH 4: Dijumpai pada sel-sel inflammatory (eusinofil, neutrofil, mononukleosit). diduga terlibat dalam alergi bersinergi dengan reseptor H1. Masih merupakan target baru obat anti inflamasi alergi karena dengan penghambatan reseptor H4 maka dapat mengobati alergi dan asma (sama dengan reseptor H1)

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan jawabaanya maulidyan, secara singkatnya AH1 berkompetisi dengan reseptor histamin , AH2 mencegah histamin menstimulasi asam lambung dan AH3 di ssp yang mengatur pelepasan histamin dan AH4 di jupai pada sel inflammatory yg dan bersaing dengan AH1 untuk menempati reseptor

      Hapus
  8. NO 2 oral: skizofrenia dan psikosis lain, mania, proklorperazin maleat atau mesilat 12,5 mg, 2 kali sehari untuk 7 hari, sesuaikan dosis dengan interval mingguan sampai dosis lazim 75-100 mg/hari sesuai respons. ANAK: tidak dianjurkan. Terapi tambahan jangka pendek untuk ansietas berat, 15-20 mg/hari dosis terbagi, maksimal 40 mg/hari. ANAK: tidak dianjurkan

    BalasHapus
  9. hai bilia saya ingin menambahkan jawaban no 2
    dosis prokloperazin
    DEWASA: 3 mg, 3 kali sehari. ANAK 6-12 tahun: 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari; 2-5 tahun: 1,5 mg, 2 kali sehari. Hindari pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg.

    BalasHapus
  10. Saya mencoba menjawab no 1
    1. Antagonis Reseptor Histamin H1
    Secara klinis digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.

    2. Antagonis Reseptor Histamin H2
    Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.

    3. Antagonis Reseptor Histamin H3
    Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.

    4. Antagonis Reseptor Histamin H4
    Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan analgesik. Contohnya adalah tioperamida.
    Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin.
    Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya

    BalasHapus
  11. saya akan menambahkan menurut saya h2 yaitu dapat menghambat sekresi asam lambung .

    BalasHapus
  12. no 2. proklorperazin maleat atau mesilat 12,5 mg, 2 kali sehari ANAK: tidak dianjurkan

    BalasHapus
  13. DEWASA: 3 mg, 3 kali sehari. ANAK 6-12 tahun: 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari; 2-5 tahun: 1,5 mg, 2 kali sehari. Hindari pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg.

    BalasHapus
  14. 1. Antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem. contoh obat : difenhidramina, loratadin dan desloratadina.
    2. Antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobatan penderita tukak lambung. Antagonis H2 merupakan senyawa yang menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan reseptor H2 sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung. Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus. Efek samping antagonis H2 antara lain : diare, nyeri otot dan kegelisahan. contoh obat : nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.
    3. Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan alergi, dan kelainan mental. contoh: Betahistin, Burimamide dan Ciproxifan.

    BalasHapus
  15. no 2 :DEWASA: 3 mg, 3 kali sehari. ANAK 6-12 tahun: 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari; 2-5 tahun: 1,5 mg, 2 kali sehari. Hindari pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg.

    BalasHapus
  16. saya akan menjawab pertanyaan no. 1
    (1) antagonis H1, terutama digunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. (2) antagonis H2 digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung pada pengobtan penderita tukak lambung. (3) antagonis H3 sampai sekarng belum digunakan untuk pengobtan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan berguna dalam pengaturan system kardiovaskuler

    BalasHapus
  17. saya akan membantu menjawab pertanyaan no 1
    obat yang bekerja pada reseptor h1 : fexofenadin, loratadin, astemizol, cetirizin
    h2 :cimetidine, ranitidine, famotidine, h3 : Imetit, Immepip, clobenpropit, lodoproxyfan
    h4 : Thioperamide

    BalasHapus
  18. saya akan membantu menjawab dosis yg dianjurkan untuk obat prokloperazin adalah
    Dosis : IM: 12,5 mg setiap 6-8 jam, Oral: Pada awalnya 20mg kemudian 10mg setelah 2 jam. dosis untuk pencegahan emesis (muntah): 5-10mg b.d. atau t.d.s. p.r.:25mg, jika perlu diikuti dengan dosis oral setelah 6 jam. Untuk migren dosis yang digunakan: 5 mg t.d.s.

    BalasHapus
  19. no 1
    obat yang bekerja pada reseptor H1 adalah dipenhidramin HCl, CTM,fenazolin, antistin biasanya obat untuk mengurangi alergi.
    obat yang bekerja pada reseptor antagonis H2 adalah ranitidin, simetidin, biasanya obat antiulser.
    obat yang bekerja pada reseptor antagonis H3 adalah Betahistin, Burimamide , Ciproxifan, Clobenpropit (juga H antagonis), Conessine.
    mohon maaf untuk obat yang bekerja pada reseptor H4 tidak ditemukan.

    BalasHapus
  20. hai kakak,disini saya juga akan menjawab pertanyaan dari nomor 1,obat2 yang bekerja pada reseptor H1: fexofenadin, loratadin, astemizol, cetirizin.
    pada reseptor H2 :cimetidine, ranitidine, famotidine.
    pada reseptor H3 : Imetit, Immepip, clobenpropit, lodoproxyfan.
    dan pada reseptor H4 : Thioperamide

    BalasHapus
  21. saya ingin menjawaban no 2

    dosis prokloperazin:
    1.DEWASA: 3 mg, 3 kali sehari.
    2.ANAK 6-12 tahun: 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari; 2-5 tahun: 1,5 mg, 2 kali sehari.

    peringatan:
    Hindari pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg.

    BalasHapus
  22. No 2
    Dosis Dewasa biasa untuk Psikosis:

    IM: Dosis awal 25 sampai 50 mg. Dosis dapat diulang dalam satu jam. Dosis selanjutnya dapat ditingkatkan dan diberikan setiap 2 sampai 4 jam sesuai kebutuhan.

    Oral: Dosis awal: 10 sampai 25 mg secara oral 3 kali sehari. Total dosis harian harus ditingkatkan di 20 sampai 50 mg setiap kenaikan 3 atau 4 hari sampai gejala dikendalikan.


    BalasHapus
  23. Hai bili, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 2. Dosis yang dianjurkan untuk penggunaan proklorperazin pada orang dewasa yaitu 3 mg 3x sehari, anak-anak 6-12 th yaitu 1.5-3 mg 2-3 x sehari, serta untuk anak usia 2-5 th 1.5 mg 2x sehari.

    BalasHapus
  24. obat yang bekerja pada reseptor H1 adalah dipenhidramin HCl, CTM,fenazolin, antistin biasanya obat untuk mengurangi alergi.
    obat yang bekerja pada reseptor antagonis H2 adalah ranitidin, simetidin, biasanya obat antiulser.

    BalasHapus
  25. obat yang bekerja pada reseptor H1 adalah dipenhidramin HCl, CTM,fenazolin sedangkan obat yang bekerja pada reseptor antagonis H2 adalah ranitidin, simetidin.
    pada reseptor H3 : Imetit, Immepip, clobenpropit, lodoproxyfan, dan pada pada reseptor H4 : Thioperamide

    BalasHapus
  26. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3
    Dosis:
    DEWASA: 3 mg, 3 kali sehari. ANAK 6-12 tahun: 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari; 2-5 tahun: 1,5 mg, 2 kali sehari. Hindari pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg.

    BalasHapus
  27. 3. Dosis:
    DEWASA: 3 mg, 3 kali sehari. ANAK 6-12 tahun: 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari; 2-5 tahun: 1,5 mg, 2 kali sehari. Hindari pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg.

    BalasHapus
  28. hai bilia, saya akan membantu menjawab pertanyaan no 2. Menurut PIONas BPOM, dosis yang dianjurkan untuk obat tersebut yaitu untuk pemberian oral: skizofrenia dan psikosis lain, mania, proklorperazin maleat atau mesilat 12,5 mg, 2 kali sehari untuk 7 hari, sesuaikan dosis dengan interval mingguan sampai dosis lazim 75-100 mg/hari sesuai respons. ANAK: tidak dianjurkan. Terapi tambahan jangka pendek untuk ansietas berat, 15-20 mg/hari dosis terbagi, maksimal 40 mg/hari. ANAK: tidak dianjurkan.

    BalasHapus
  29. Saya mau menjawab soal no 2,
    Dosis yang diberikan.
    oral: skizofrenia dan psikosis lain, mania, proklorperazin maleat atau mesilat 12,5 mg, 2 kali sehari untuk 7 hari, sesuaikan dosis dengan interval mingguan sampai dosis lazim 75-100 mg/hari sesuai respons. ANAK: tidak dianjurkan. Terapi tambahan jangka pendek untuk ansietas berat, 15-20 mg/hari dosis terbagi, maksimal 40 mg/hari. ANAK: tidak dianjurkan.

    BalasHapus
  30. hi bilia
    STRATEGI TERAPI ANTIHISTAMIN ” AM-PM”
    Keputusan untuk memilih suatu antihistamin untuk mengatasi gangguan alergi semisal rhinitis alergica atau urtikaria idiosinkratik kronik harus berdasarkan pada harga, frekuensi dosis, ketersediaan, kontraindikasi, dan efek samping. Semua antihistamin generasi pertama kini telah ada dalam sediaan generik serta sediaan OTC dengan harga lebih murah. Namun tidak demikian halnya dengan antihistamin generasi kedua dan ketiga. Masalah perbedaan harga ini menjadi suatu pertimbangan.
    Meski sedikit lebih mahal, antihistamin generasi kedua dan ketiga secara klinis menunjukkan efikasi tanpa efek sedatif yang menjadi karakteristik dari generasi pertama. Sebenarnya rasa sedasi dan drowsiness sangatlah subjektif, hanya dirasakan oleh individu dan tidak bisa jadi bukti klinis.

    BalasHapus
  31. saya akan membantu menjawab pertanyaan nmr 2
    dosis yg dianjurkan untuk obat prokloperazin adalah
    Dosis :
    -IM: 12,5 mg setiap 6-8 jam,
    - Oral: Pada awalnya 20mg kemudian 10mg setelah 2 jam.
    dosis untuk pencegahan emesis (muntah): 5-10mg b.d. atau t.d.s. p.r.:25mg, jika perlu diikuti dengan dosis oral setelah 6 jam. Untuk migren dosis yang digunakan: 5 mg t.d.s.

    BalasHapus
  32. Dosis yang diberikan.
    oral: skizofrenia dan psikosis lain, mania, proklorperazin maleat atau mesilat 12,5 mg, 2 kali sehari untuk 7 hari, sesuaikan dosis dengan interval mingguan sampai dosis lazim 75-100 mg/hari sesuai respons.
    Dan tidak dianjurkan pada anak anak

    BalasHapus
  33. AH 1: Obat anti histamin H1 biasanya berkompetisi (bersifat kompetitif) dengan histamin untuk mengikat reseptor, untuk meringankan reaksi alergi seperti rhinitis dan urtikaria.
    AH 2: mengikat reseptor H2 pada membran sel parietal dan mencegah histamin menstimulasi sekresi asam lambung.
    AH 3: Terdapat di sistem syaraf, mengatur produksi dan pelepasan histamin pada susunan saraf pusat.Tidak seperti antagonis H1 yang menimbulkan efek sedatif, antagonis H3 menyebabkan efek stimulant dan nootropic dan sedang diteliti sebagai obat Alzheimer
    dan tambahan untuk AH4
    AH 4: Dijumpai pada sel-sel inflammatory (eusinofil, neutrofil, mononukleosit). diduga terlibat dalam alergi bersinergi dengan reseptor H1. Masih merupakan target baru obat anti inflamasi alergi karena dengan penghambatan reseptor H4 maka dapat mengobati alergi dan asma (sama dengan reseptor H1)

    BalasHapus
  34. saya akan mencoba menjawab soal no. 3
    1. AH2 : Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh histamin, gastrin dan asetilkolin. Antagonis H2 menghambat secara langsung kerja histamine pada sekresi asam (efikasi intrinsik) dan menghambat kerja potensiasi histamin pada sekresi asam, yang dirungsang oleh gastrin atau asetilkolin (efikasi potensiasi). Jadi histamin mempunyai efikasi intrinsik dan efikasi potensiasi, sedang gastrin dan asetilkolin hanya mempunyai efikasi potensiasi. Hal ini berarti bahwa hanya yang dapat meningkatkan sekresi asam, sedang gastrin atau asetilkolin hanya meningkatkan sekresi asam karena factor efek potensiasinya dengan histamin
    2. AH1 : Antagonis-H1 sering pula disebut antihistamin klasik atau antihistamin-H1, adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung reseptor H1
    3. AH 3: Terdapat di sistem syaraf, mengatur produksi dan pelepasan histamin pada susunan saraf pusat.Tidak seperti antagonis H1 yang menimbulkan efek sedatif, antagonis H3 menyebabkan efek stimulant dan nootropic dan sedang diteliti sebagai obat Alzheimer
    dan tambahan untuk AH4
    4. AH 4: Dijumpai pada sel-sel inflammatory (eusinofil, neutrofil, mononukleosit). diduga terlibat dalam alergi bersinergi dengan reseptor H1. Masih merupakan target baru obat anti inflamasi alergi karena dengan penghambatan reseptor H4 maka dapat mengobati alergi dan asma (sama dengan reseptor H1)

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju sekali dengan putri, dkk, apa yg sudah dijelaskan saama dengan literatur yg saya baca bahwa antihistamin, mempunyai perannya masing2

      Hapus
  35. dosis yang tepat menurut mims adalah
    Intramuscular
    Nausea and vomiting
    Adult: As mesilate: 12.5 mg by deep IM. If required, may give further doses via oral admin.

    Intramuscular
    Psychoses
    Adult: As mesilate: 12.5-25 mg by deep IM Inj bid/tid.

    Intravenous
    Severe nausea and vomiting
    Adult: As edisilate: 2.5-10 mg via slow IV inj or infusion at a rate not exceeding 5 mg/minute. Not to exceed 40 mg daily.

    Oral
    Prophylaxis of nausea and vomitting
    Adult: As maleate or mesilate: 5-10 mg bid/tid. May also be given rectally.

    Oral
    Vertigo
    Adult: As maleate or mesilate: 15-30 mg daily, given in divided doses. May reduce gradually to 5-10 mg daily. Recommended buccal dose: 3-6 mg bid.

    Oral
    Adjunct in severe anxiety disorders
    Adult: As maleate or mesilate: 5-10 mg, up to 3-4 times daily.

    Oral
    Nausea and vomiting
    Adult: As maleate or mesilate: 20 mg, further doses are given if needed. Recommended buccal dose: As maleate: 3-6 mg bid.

    Oral
    Psychoses
    Adult: As maleate or mesilate: 12.5 mg bid for 7 days, adjusted gradually to 75-100 mg daily according to response. Usual maintenance dose: 25-50 mg daily.
    Child: 1-5 yr: 1.25-2.5 mg; 5-12 yr: 2.5-5 mg. May be given up to tid, if necessary.

    Rectal
    Nausea and vomiting
    Adult: As base: 25 mg bid.

    Rectal
    Psychoses
    Adult: As maleate: 25 mg bid/tid.

    BalasHapus
  36. untuk nomer 3, bedanya
    Obat antagonis H1

    Obat anti histamin H1 biasanya berkompetisi (bersifat kompetitif) dengan histamin untuk mengikat reseptor, untuk meringankan reaksi alergi seperti rhinitis dan urtikaria.

    Generasi 1 : cukup baik terabsorbsi setelah pemakaian oral. Level kadar tertinggi dalam darah biasanya 1-2 jam dengan durasi 4-6 jam. Efek sedatif masih tinggi

    contoh: CTM, bromfeniram, prometazin, dimenhidrinat (bisa untuk obat mabuk jg)

    Generasi 2: cukup baik terabsorbsi setelah pemakaian oral. Level kadar tertinggi dalam darah biasanya 1-3 jam, dengan durasi bervariasi dari 4-24 jam. Efek sedatif minimal

    contoh: fexofenadin, loratadin, astemizol, cetirizin

    Generasi 3: merupakan pengembangan dari generasi 2. Pencarian generasi ketiga ini dimaksudkan untuk memperoleh profil antihistamin yang lebih baik dengan efikasi tinggi serta efek samping lebih minimal.

    contoh: desloratadin dan levocetirizin

    Semakin tinggi generasinya durasi aksinya makin panjang dengan efek sedatif (ngantuk) semakin minimal

    Efek samping obat antagonis H1 selain sedatif (menimbulkan ngantuk) juga atropine-like reactions contohnya mulut kering dan konstipasi

    2. Reseptor H2

    Berlokasi di sel parietal lambung yang berperan dalam sekresi asam lambung

    Cara kerjanya adalah dengan mengikat reseptor H2 pada membran sel parietal dan mencegah histamin menstimulasi sekresi asam lambung.

    Obat antagonis H2: cimetidine, ranitidine, famotidine

    3. Reseptor H3

    Terdapat di sistem syaraf, mengatur produksi dan pelepasan histamin pada susunan saraf pusat.

    Tidak seperti antagonis H1 yang menimbulkan efek sedatif, antagonis H3 menyebabkan efek stimulant dan nootropic dan sedang diteliti sebagai obat Alzheimer

    Obat: Imetit, Immepip, clobenpropit, lodoproxyfan

    ada juga H4 bilia..
    4. Reseptor H4

    Dijumpai pada sel-sel inflammatory (eusinofil, neutrofil, mononukleosit). diduga terlibat dalam alergi bersinergi dengan reseptor H1

    Masih merupakan target baru obat anti inflamasi alergi karena dengan penghambatan reseptor H4 maka dapat mengobati alergi dan asma (sama dengan reseptor H1)

    BalasHapus